Manchester United membuat kejutan di pekan 14 kala menempati posisi ketiga klasemen 2020/2021. Kini anak asuh Ole Gunnar Solskjaer itu ditunggu laga berat saat bertandang ke markas Leicester City, Sabtu (26/12) malam WIB.
Man Utd berada di posisi ketiga usai membantai Leeds United 6-2. Banyak pihak menyebut Man Utd sudah bisa menargetkan juara di akhir musim, namun tak sedikit pula yang masih ragu. Inkonsistensi, jadi satu dari sekian hal yang membuat mereka diragukan.
Menghadapi Leicester City pada laga Boxing Day ini menjadi ujian sesungguhnya bagi man Utd dalam perburuan gelar juara Liga Inggris musim ini.
Menilik catatan, Man Utd berpeluang menang atas Leicester. Sebab dalam enam laga terakhir mereka memenangkan lima laga, dan satu pertemuan lainnya berakhir imbang.
Bahkan dua pertandingan di musim lalu, Setan Merah sukses dua kali menaklukkan The Foxes, baik di Old Trafford dan King Power, 1-0 dan 2-0.
Lain dulu, lain musim ini. Keduanya saat ini hanya berbeda satu poin. Leicester di posisi kedua.
Leicester sejauh ini benar-benar menjadi kuda hitam. Selama 14 laga yang sudah dimainkan, anak asuh Brendan Rodgers tersebut tak pernah terlempar dari empat besar di klasemen.
Bahkan tiga pekan awal, mereka di posisi pertama. Setelah itu posisinya naik turun antara peringkat dua, tiga, atau empat, lalu naik lagi, tergantung hasil yang mereka dapatkan.
![]() |
Leicester sudah lima kali kalah. Tanpa pernah seri, mereka sudah memenangkan sembilan laga lainnya, termasuk kala melumat Manchester City 5-2.
Selain The Citizens, Leicester juga sukses menjungkalkan tim-tim besar macam Tottenham Hotspur 2-0, Arsenal 1-0. Kecuali Liverpool, mereka kalah 0-3.
Tentu saja catatan yang perlu diwaspadai Bruno Fernandes cs. Apalagi, mereka belum pernah menang melawan tim-tim kuat. Imbang 0-0 melawan Man City dan Chelsea, serta pernah digebuk Tottenham 1-6 dan dipukul Arsenal 0-1. Semuanya dimainkan di kandang sendiri.
Sejauh ini Man United memang baru tiga kali kalah dari 13 penampilan. Mereka menang delapan kali dan dua kali seri. Namun permainan Marcus Rashford dan kolega tak benar-benar konsisten.
Adu Taktik, Adu Jenius
Hasil Leicester vs Man Utd akan sangat bergantung pada taktik dan kejeniusan pelatih kedua tim, Rodgers dan Solskjaer.
Rodgers kerap menggunakan 3-4-2-1 dengan menjadikan Jamie Vardy sebagai tumpuan mengacak-acak jala lawan. Dengan formasi itu, Leicester sukses menang lima kali dan dua kali kalah.
Selain itu, Rodgers juga fleksibel dalam formasi. Beberapa kali dia menggunakan 4-2-3-1 dan 4-1-4-1. Dua formasi itu digunakan dalam lima pertandingan, dengan tiga kali meraih kemenangan dan kalah dua kali.
Leicester di bawah asuhan eks pelatih Liverpool tersebut sangat efektif dalam memanfaatkan peluang. Mereka juga ciamik dengan memanfaatkan lebar lapangan lewat permainan sayap cepat.
![]() |
Satu kunci lainnya adalah permainan bola-bola direct ke depan untuk menciptakan peluang yang kerap berbuah gol. Apalagi mereka punya Vardy yang gahar sebagai target man.
Meski demikian, ada kelemahan di tubuh Leicester. Mereka kerap kewalahan dalam serangan balik dan lemah dalam bola-bola mati.
Dua kelemahan itu yang patut diwaspadai kubu Si Rubah. Sebab Man Utd selama dibina Solskjaer punya senjata mematikan lewat serangan balik dan bagus dalam memanfaatkan bola mati seperti tendangan bebas maupun sepak pojok.
Dalam skema serangan balik, mereka juga pintar mengoper satu-dua untuk mengalirkan bola ke depan. Selain itu, Man Utd juga sering menggunakan tendangan jarak jauh untuk membuat gol.
Secara taktik, Solskjaer selalu menggunakan 4-2-3-1. Dari 11 laga dengan formasi itu, mereka menang tujuh kali, seri dua kali, dan dua kali kalah.Sementara dua laga lainnya mereka menggunakan 4-3-1-2 (menang) dan 4-1-2-1-2 (kalah).Meski begitu, lini pertahanan Man Utd selama ini kerap amburadul. Bek-bek mereka lemah dalam koordinasi yang berujung pada kegagalan dalam membendung peluang dari lawan.
Tentu saja duel nanti akan jadi menarik. Leicester diperkirakan turun dengan formasi andalan 3-4-2-1, dan Man Utd 4-2-3-1.
Karenanya, laga melawan Leicester menjadi ujian, apakah Red Devils memang layak menjadi favorit juara, atau sebaliknya posisi mereka saat ini hanya kebetulan semata.